01 Juli 2021
Millennial, Generasi Modern Melek Digital, Bagaimana dengan Kesehatan Mental Mereka?
Rumah Sakit Universitas Airlangga (UNAIR) kampus C menggelar webinar untuk program EXPERT TALK pada hari Rabu, 30 Juni 2021. Kali ini webinar hadir dengan topik, 101 MILLER NEAL’S MENTAL HEALTH. Hadir sebagai narasumber yakni Dimas Aryo Wicaksono sebagai Dosen Fakultas Psikologi UNAIR, Damba Bestari sebagai Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RS UNAIR, Lintang Elin Massita sebagai Duta UNAIR 2021, serta Firman Syauqi MHS sebagai Duta FK UNAIR 2020.
Sebagai sambutan, Prof. Nasrodin sebagai Direktur RS UNAIR juga sedikit menyampaikan mengenai generasi milenial yang akan mengambil peran penting pada bangsa di masa depan. Indonesia adalah negara yang memiliki beragam pulau, dengan jumlah penduduk yang besar pula. Indonesia juga memiliki bonus demografi anak muda yang besar sebanyak 70-90 juta. Selain itu, beliau menyinggung mengenai RS UNAIR sebagai pusat inovasi untuk anak muda, di mana tidak hanya di bidang kesehatan, tapi juga menjadikan RS UNAIR sebagai objek lain. Salah satunya yakni hospital tourism, micro media center, pengembangan robotik, serta rekonstruksi kraniofasial.
Sementara Damba berpendapat bahwa, gangguan mental jarang dijumpai merupakan mitos. Satu dari empat orang di dunia menderita gangguan mental. Tidak ada perbedaan antara orang introver dan ekstrover atas kerentanan gangguan jiwa. Perlunya teman atau orang lain untuk menceritakan mengenai permasalah yang dialami merupakan cara untuk meningkatkan imunitas jiwa terhadap gangguan mental. Damba juga mengemukakan bahwa, manusia masih dikatakan sehat secara mental jika masih mempunyai tujuan hidup. Bagaimana manusia bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi, merupakan cara untuk menjaga kesehatan mental.
Mengenai gen milenial dan GenZ, Dimas berpendapat bahwa dalam lingkungan kerja, kedua generasi tersebut dianggap sebagai generasi terdahulu, kurang berkomitmen, sering ganti pekerjaan, serta susah diatur. Namun kenyataannya, kedua generasi tersebut menderita beban mental yang cukup serius, ditambah dengan kualitas tidur yang rendah. “Terutama pada masa pandemi seperti sekarang, generasi milenial lebih tertekan dikarenakan adanya isu resesi, hancurnya pasar kerja, dll. Selain itu, tekanan karir juga makin menambah stres generasi milenial,” ungkap Dimas.