ACARA

FMI

FMI atau yang sering disebut dengan Forum Manajemen Indonesia adalah forum yang terlahir dari inisiatif pendidikan tinggi negeri maupun swasta yang tersebar dari seluruh Indonesia, berinisiatif secara berkala bertemu dan berdiskusi demi saling menyamakan visi dalam rangka pengembangan ilmu manajemen.

BNSP SERTIFIKASI

Sertifikat BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) dinilai terpercaya. Ini karena BNSP merupakan badan independen yang dibentuk pemerintah, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di semua bidang profesi. Di beberapa negara bahkan memberi aturan bahwa tenaga kerja yang ingin bekerja haruslah mendapatkan sertifikasi kompetensi yang diakui oleh badan sertifikasi negara yang sah. Sudah banyak sekali organisasi/instansi yang menuntut agar sumber daya manusianya mendapatkan sertifikasi profesi yang kredibel. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di bidang industri/korporasi dan dunia akademik (tenaga pendidik, dosen) adalah tuntutan era 4.0 yang tidak dapat dihindarkan..

Dipercaya 33.000+ Anggota HR 24/7 dan 156+ Universitas dari Seluruh Dunia

Pelatihan dan sertifikasi BNSP ini sangat penting bagi saya untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang saya punya. Terlebih UMKM dan IKM saat ini telah berkembang sangat pesat dan dengan bergabung disini saya berharap bisa berkontribusi. Harapan saya khususnya UMKM dan IKM yang ada di Indonesia, khususnya di Surabaya maupun Jawa Timur dapat berkembang berkat ilmu dan pengalaman yang saya punya melalui pelatihan ini. Sukses selalu untuk Forum Manajemen Indonesia (FMI).
Salam Kompeten!

Motivasi saya untuk mengikuti kegiatan FMI Certification Series ini, sebagai dosen harus meningkatkan kompetensi ya, dan meningkatkan pengetahuan, dalam kegiatannya sebagai pendamping UMKM di tempatnya masing-masing. Kegiatan ini sangat bagus, materi-materinya juga bagus, lengkap.

Alhamdulilah, kegiatan ini bermanfaat sekali buat saya. Pengalaman pertama sih ikut yang BNSP. Ini membuka kesempatan saya untuk berkontribusi lebih banyak lagi dengan masyarakat. Mudah-mudahan, saya bisa memberikan kontribusi untuk masyarakat, khususnya UMKM.
Terima kasih.

Alhamdulilah, apa yang terjadi disana, saya menemukan beragam peserta. Jadi bangun networking bareng. Kebetulan punya frekuensi yang sama, sebagai dosen sebagai praktisi. Jujur saja ilmu yang saya dapat tidak hanya yang berasal dari teman-teman fasilitator pada saat pendampingan tetapi justru dari networking-nya sangat luar biasa. FMI OK, HR 24/7 OK, Nah teman-teman, ketemu, belajar, karena apapun yang terjadi negeri ini butuh orang-orang yang diakui oleh negara untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terimakasih.

Artikel Terbaru

Article Cover

05 September 2024

Sportivitas dalam Persaingan Bisnis, Apakah Diperlukan?

Paolo Di Canio, salah satu pesepakbola kontroversial asal Italia, memperoleh penghargaan bergengsi yang bertitel FIFA’s Fair Play Award 2001. Pemain yang terkenal bengal ini memperoleh apresiasi atas tindakannya yang disebut sebagai The Act of Good Sportmanship. Padahal, beberapa tahun sebelumnya, Paolo Di Canio lebih sering diganjar kartu kuning, merah, hingga suspensi atas tindakan kerasnya di lapangan hijau. Namun, penghargaan ini memberi makna mendalam bagi dunia sepakbola, yaitu masih adanya sportivitas. Penghargaan ini diperoleh karena Di Canio membatalkan eksekusi tendangan voli yang dia rencanakan untuk lakukan setelah menerima umpan silang ciamik dari Trevor Sinclair. Sekelebat sebelum mempersiapkan tendangan volinya, dalam posisinya yang tidak terkawal di kotak penalti, Di Canio melihat sosok Paul Gerarrd, sang kiper lawan masih meringkuk di sebelah gawang karena mengalami cedera sesaat menyapu bola sebelumnya. Seketika, tendangan voli yang seharusnya dapat membuahkan gol, dia batalkan dengan menangkap bola umpan silang tersebut, kemudian menunjuk sosok kiper yang masih tergeletak. Pertandingan kemudian dihentikan karena Di Canio terkena handball akibat menangkap bola yang seharusnya dia eksekusi. Alih-alih diteriaki kawannya, segenap pemain kawan dan lawan serta penonton memberikan tepuk tangan hormat atas aksinya itu. Walaupun skor pertandingan menjadi imbang, tindakan sportif Di Canio selalu dikenang. Aksi Di Canio sangat berisiko namun terpuji. Tindakannya membuahkan penghargaan yang lebih bergengsi dari sekadar pencetak gol terbanyak liga. Namun, jika situasi ini dikondisikan dalam pertandingan bisnis antar para pengusaha dalam kompetisi yang tidak berujung, apakah sportivitas akan tetap dijunjung? Situasi menguntungkan yang diperoleh Di Canio akibat lawan yang terkapar karena ultahnya sendiri sebenarnya serupa ketika dalam persaingan bisnis, terdapat perusahaan yang kemudian gulung tikar akibat perbuatannya sendiri. Dalam lubuk hati terdalam, mungkin saja rasa syukur dipanjatkan oleh pesaing dari pengusaha yang bangkrut itu dengan mengatakan “pesaingku berkurang satu”, atau “keuntunganku akan semakin banyak karena konsumen mereka akan kurebut”, dan lainnya. Pertanyaannya, apakah sikap seperti itu dalam dunia bisnis dapat dibilang tidak sportif? atau sebenarnya memang tidak perlu sportif kalau menyangkut urusan bisnis. Sportivitas sendiri merupakan istilah sederhana untuk menggambarkan rasa hormat seseorang terhadap aturan, lawan, etika, hingga konvensi yang ada di tatanan masyarakat. Sportivitas biasanya masuk dalam ranah etis nilai keolahragawanan yang harus dimiliki oleh seorang atlet bahkan diprioritaskan sebelum rasa lapar akan kemenangan. Kemenangan dengan tidak sportif tentunya akan menghadirkan rasa tidak lega yang paripurna. Menang, namun seakan tidak bisa untuk dirayakan. Namun, pada dunia bisnis yang lebih kejam, apakah rasa hormat tetap perlu dijunjung? Jawabannya pasti Ya!. Sportivitas perlu menjadi nilai penting dalam membangun daya saing bisnis di pasar yang semakin dinamis dan kompleks. Lalu bagaimana penerapannya dalam keseharian bisnis? Secara sederhana, beberapa hal ini dapat dilakukan oleh pengusaha agar dapat masuk dalam kawanan pengusaha sportif. Hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun respek terhadap konsumen. Respek terhadap konsumen adalah upaya penting untuk menjadikan konsumen sebagai mitra bukan sebagai mangsa. Konsumen bukanlah sapi perah, namun adalah pemangku kepentingan utama yang berperan penting menjaga keberlanjutan usaha kita. Oleh karena itu, penerapan pemasaran dan penjualan berbasis nilai sangat relevan terhadap sportivitas dalam usaha. Konsumen selalu diupayakan untuk dilayani dengan optimal sesuai dengan nilai yang mereka persepsikan. Kedua, digitalisasi membuat dunia bisnis semakin datar dan membuat pasar lebih terfragmentasi. Segmen pesaing kini sangat beragam dan tidak lagi harus pada segmen kebutuhan yang sama. Oleh karena itu, fokus dalam keberlanjutan usaha bukanlah dengan cara memata-matai pesaing, menjiplak hasil karya mereka, atau membuat kampanye hitam atas produk mereka, melainkan, usaha kita dapat fokus pada nilai-nilai yang diharapkan pembeli sehingga tidak perlu memikirkan pesaing dengan sedemikian rupa. Terakhir, turunkanlah nilai sportivitas ini kepada tim di dalam organisasi. Nilai ini harus ada di semua lini dengan upaya yang serupa untuk mewujudkannya. Semangat untuk berbudaya positif, tidak menjelekkan orang lain, tidak mencari kambing hitam, dan fokus pada pelayanan merupakan nilai prima pondasi sportivitas bisnis. Setidaknya, saat perusahaan mencoba untuk mewujudkannya, tujuannya bukanlah untuk mencari penghargaan bisnis paling sportif tahun ini, namun melainkan fokusnya adalah untuk memberi layanan produk terbaik kepada konsumen dengan penerapan etika bisnis yang paripurna. (MSK)    

Lihat Detail
Article Cover

20 Agustus 2024

Mengahadapi Dinamika Product Life Cycle dari Viral hingga Stabil

Dr. Prita Prasetya, S.Si., M.M.

  • Prasetiya Mulya University Faculty Member
  • Co-Founder PT. AJK Manufacturing
  • Anggota Forum Manajemen Indonesia (FMI)
  • IG: @pritaprasetya

 

Sering kita melihat fenomena dimana sebuah usaha makanan tiba-tiba menjadi sangat populer dan viral, namun tidak lama kemudian, usaha tersebut tutup. Mengapa hal ini sering terjadi?Salah satu contohnya, minuman kopi yang sempat viral di media sosial, terutama di platform seperti TikTok dan Instagram, karena penyajiannya yang unik dan proses pembuatannya yang sederhana namun memikat. Berbahan dasar kopi instan, gula, dan air panas, ditambah susu. Namun, seperti banyak tren makanan viral lainnya, popularitas produk ini akhirnya mereda seiring berlalunya waktu, meskipun masih ada yang setia menikmatinya hingga kini.

Salah satu konsep untuk memahami fenomena ini adalah melalui Product Life Cycle atau Siklus Hidup Produk. Bagi pelaku UMKM, memahami siklus ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan bisnis, khususnya di industri yang sangat dinamis seperti makanan.

Apa itu Product Life Cycle?

Siklus Hidup Produk adalah konsep yang menggambarkan tahapan-tahapan yang dilalui oleh sebuah produk sejak diluncurkan hingga akhirnya keluar dari pasar. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

  1. Introduction (Pengenalan): Produk baru diluncurkan ke pasar. Pada tahap ini, penjualan masih rendah, dan usaha fokus pada upaya memperkenalkan produk ke konsumen.
  2. Growth (Pertumbuhan): Produk mulai dikenal dan diterima oleh konsumen. Penjualan meningkat pesat, dan produk mulai mendapatkan tempat di pasar.
  3. Maturity (Kematangan): Penjualan mencapai puncaknya. Persaingan semakin ketat, dan produk harus bersaing untuk mempertahankan pangsa pasar.
  4. Decline (Penurunan): Minat konsumen terhadap produk mulai menurun, dan penjualan mulai berkurang. Pada tahap ini, produk bisa dihapus dari pasar atau di-rebranding untuk memulai siklus baru.

 

Mengapa Usaha Makanan Cepat Viral dan Cepat Tutup?

Usaha makanan yang menawarkan sesuatu yang baru, unik, atau berbeda cenderung menarik perhatian konsumen dengan cepat. Makanan dengan rasa yang belum pernah ada sebelumnya atau dengan konsep penyajian yang menarik. Media sosial juga berperan besar dalam membuat sebuah usaha menjadi viral. Foto makanan yang menarik, video yang kreatif, dan ulasan dari food blogger atau influencer dapat menyebar dengan cepat dan meningkatkan popularitas usaha dalam waktu singkat. Tentunya faktor FOMO (Fear of Missing Out) membuat konsumen sering merasa tidak ingin ketinggalan tren, sehingga mereka berbondong-bondong mencoba produk yang sedang viral. Ini bisa meningkatkan penjualan dalam waktu singkat.

Meskipun viralitas dapat meningkatkan penjualan, usaha makanan sering kali menghadapi tantangan besar setelah popularitas awal mereda. Setelah melewati fase pertumbuhan, produk makanan sering kali masuk ke fase kematangan di mana persaingan menjadi lebih ketat. Jika usaha tidak mampu berinovasi atau memperbarui produk mereka, konsumen bisa kehilangan minat. Banyak usaha makanan yang viral karena tren sementara. Ketika tren tersebut berakhir, konsumen beralih ke produk lain yang lebih relevan.

Untuk memastikan usaha makanan dapat bertahan lebih lama, UMKM perlu memahami dan mengelola siklus hidup produk dengan baik. Terus berinovasi, menciptakan variasi produk atau meningkatkan pengalaman pelanggan untuk menjaga minat konsumen. Pastikan kualitas produk dan pelayanan selalu terjaga, terutama saat permintaan meningkat. Bila perlu ekspansi, lakukan ekspansi dengan bijak, bertahap dan terencana. Pastikan kapasitas produksi dan pelayanan mampu memenuhi peningkatan permintaan tanpa mengorbankan kualitas. (PRP)

Lihat Detail
Article Cover

20 Juli 2024

Memilah Alternatif Pembiayaan UMKM di Tengah Kelesuan Kredit Perbankan: Hindari Pinjol!

M. Setiawan Kusmulyono

Analisis Uang Beredar yang disampaikan oleh Bank Indonesia pada Mei 2024 mengindikasikan peningkatan penyaluran kredit bagi UMKM dengan nilai mencapai Rp 1.368,2 triliun (bisnis.com, 2024). Sayangnya, rasio kredit bermasalah pada Mei 2024 naik menjadi 4,27% dan semakin mendekati ambang batas regulator di level 5%. Laporan ini menginformasikan bahwa UMKM memiliki potensi gagal bayar yang semakin tinggi, sehingga membuat kesempatan penyaluran kredit semakin diminimalisasi.

Situasi ini menjadi momen kritis bagi UMKM yang ingin berkembang dan membutuhkan pendanaan untuk melancarkan prosesnya. Proses observasi dan uji kelayakan menjadi lebih ketat yang membuat UMKM harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan pinjaman. Jika ingin dipermudah, maka jaminan aset harus diajukan. Sayangnya, tidak semua UMKM terutama usaha mikro, memiliki agunan yang layak untuk dijaminkan.

Lalu, bagaimana jika UMKM membutuhkan dana dalam kondisi mendesak?

Pilihan pembiayaan diluar fasilitas KUR (kredit usaha rakyat) yang disediakan oleh negara sebenarnya sangat beragam. Namun, hal yang perlu dipertimbangkan adalah manajemen risiko dan biaya dari setiap pilihan pinjaman yang ada. Hal yang paling pertama perlu diingat oleh UMKM adalah sebisa mungkin, sewajib mungkin, menghindari pendanaan dari perusahaan pinjaman online (pinjol), terutama yang tidak memiliki lisensi dari OJK.

Pinjol memang menjanjikan kemudahan dalam syarat dan aliran dana yang masuk. Namun, bunga tinggi sudah menunggu bulan demi bulan kemudian. Dan jika tidak mampu mengelolanya, maka pembiayaan via pinjol akan menjadi bencana kehancuran usaha mikro. Jadi, sebisa mungkin, pertimbangkanlah fasilitas pembiayaan non-KUR lainnya dan sedapat mungkin juga, jangan pernah mempertimbangkan pinjaman dari pinjol.

Lihat Detail

Temukan kami di instagram

Ikuti kami di instagram