20 Agustus 2024

Mengahadapi Dinamika Product Life Cycle dari Viral hingga Stabil

Article Cover

Dr. Prita Prasetya, S.Si., M.M.

  • Prasetiya Mulya University Faculty Member
  • Co-Founder PT. AJK Manufacturing
  • Anggota Forum Manajemen Indonesia (FMI)
  • IG: @pritaprasetya

 

Sering kita melihat fenomena dimana sebuah usaha makanan tiba-tiba menjadi sangat populer dan viral, namun tidak lama kemudian, usaha tersebut tutup. Mengapa hal ini sering terjadi?Salah satu contohnya, minuman kopi yang sempat viral di media sosial, terutama di platform seperti TikTok dan Instagram, karena penyajiannya yang unik dan proses pembuatannya yang sederhana namun memikat. Berbahan dasar kopi instan, gula, dan air panas, ditambah susu. Namun, seperti banyak tren makanan viral lainnya, popularitas produk ini akhirnya mereda seiring berlalunya waktu, meskipun masih ada yang setia menikmatinya hingga kini.

Salah satu konsep untuk memahami fenomena ini adalah melalui Product Life Cycle atau Siklus Hidup Produk. Bagi pelaku UMKM, memahami siklus ini sangat penting untuk menjaga kelangsungan bisnis, khususnya di industri yang sangat dinamis seperti makanan.

Apa itu Product Life Cycle?

Siklus Hidup Produk adalah konsep yang menggambarkan tahapan-tahapan yang dilalui oleh sebuah produk sejak diluncurkan hingga akhirnya keluar dari pasar. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

  1. Introduction (Pengenalan): Produk baru diluncurkan ke pasar. Pada tahap ini, penjualan masih rendah, dan usaha fokus pada upaya memperkenalkan produk ke konsumen.
  2. Growth (Pertumbuhan): Produk mulai dikenal dan diterima oleh konsumen. Penjualan meningkat pesat, dan produk mulai mendapatkan tempat di pasar.
  3. Maturity (Kematangan): Penjualan mencapai puncaknya. Persaingan semakin ketat, dan produk harus bersaing untuk mempertahankan pangsa pasar.
  4. Decline (Penurunan): Minat konsumen terhadap produk mulai menurun, dan penjualan mulai berkurang. Pada tahap ini, produk bisa dihapus dari pasar atau di-rebranding untuk memulai siklus baru.

 

Mengapa Usaha Makanan Cepat Viral dan Cepat Tutup?

Usaha makanan yang menawarkan sesuatu yang baru, unik, atau berbeda cenderung menarik perhatian konsumen dengan cepat. Makanan dengan rasa yang belum pernah ada sebelumnya atau dengan konsep penyajian yang menarik. Media sosial juga berperan besar dalam membuat sebuah usaha menjadi viral. Foto makanan yang menarik, video yang kreatif, dan ulasan dari food blogger atau influencer dapat menyebar dengan cepat dan meningkatkan popularitas usaha dalam waktu singkat. Tentunya faktor FOMO (Fear of Missing Out) membuat konsumen sering merasa tidak ingin ketinggalan tren, sehingga mereka berbondong-bondong mencoba produk yang sedang viral. Ini bisa meningkatkan penjualan dalam waktu singkat.

Meskipun viralitas dapat meningkatkan penjualan, usaha makanan sering kali menghadapi tantangan besar setelah popularitas awal mereda. Setelah melewati fase pertumbuhan, produk makanan sering kali masuk ke fase kematangan di mana persaingan menjadi lebih ketat. Jika usaha tidak mampu berinovasi atau memperbarui produk mereka, konsumen bisa kehilangan minat. Banyak usaha makanan yang viral karena tren sementara. Ketika tren tersebut berakhir, konsumen beralih ke produk lain yang lebih relevan.

Untuk memastikan usaha makanan dapat bertahan lebih lama, UMKM perlu memahami dan mengelola siklus hidup produk dengan baik. Terus berinovasi, menciptakan variasi produk atau meningkatkan pengalaman pelanggan untuk menjaga minat konsumen. Pastikan kualitas produk dan pelayanan selalu terjaga, terutama saat permintaan meningkat. Bila perlu ekspansi, lakukan ekspansi dengan bijak, bertahap dan terencana. Pastikan kapasitas produksi dan pelayanan mampu memenuhi peningkatan permintaan tanpa mengorbankan kualitas. (PRP)

Share this article :